Kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi di laga perdana Grup B babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 benar-benar bikin geregetan. Skor tipis 2-3 memang kelihatan ketat, tapi rasanya tetap menyesakkan.
Yang menarik bukan cuma hasilnya, tapi suasana setelah pertandingan. Biasanya, kalau Timnas main buruk, lini masa langsung ramai oleh para “pengamat sepak bola” dadakan—mulai dari yang di TV sampai yang nongkrong di kolom komentar. Tapi kali ini? Sepi. Hening. Seperti stadion kosong.
Padahal, waktu era Shin Tae-yong (STY), kritik datang bertubi-tubi. Dibilang strateginya parkir bus lah, pemainnya nggak cocok lah, dan segala macam teori keluar. Sekarang, ketika tim benar-benar butuh analisis objektif, banyak yang malah diam seribu bahasa.
Lucunya, di masa STY justru permainan Timnas lumayan rapi dan berkembang. Tapi kritiknya deras luar biasa. Sekarang, ketika performa menurun, malah nggak ada yang mau bersuara. Ironis, kan?
Kalau pengamat sepak bola betul-betul cinta dengan kemajuan Timnas, mestinya bukan cuma muncul pas rame-rame nyalahin pelatih. Justru sekaranglah waktunya bicara bukan buat menghujat, tapi buat kasih pandangan yang membangun. Karena diam juga nggak akan bikin sepak bola kita maju.
Jadi, kemana para pengamat sepak bola itu sekarang? Jangan-jangan, mereka ikut “parkir bus” juga.
Nama : Syahrulnur Msyarif