Aceh Utara - Universiti Tun Abdul Razak (UNIRAZAK) Malaysia, Universitas Malikussaleh (UNIMAL), dan Center for Information of Sumatra-Pasai Heritage (CISAH) menjalin kerja sama dalam kegiatan pengabdian masyarakat internasional selama dua hari di Komplek Makam Sultan Malikussaleh, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Mengangkat tema "Collaborative Governance in Heritage Preservation", kegiatan ini menjadi bagian dari sinergi akademisi lintas negara untuk melestarikan situs bersejarah Islam pertama di Asia Tenggara serta mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya.
Kegiatan dimulai dengan pemaparan sejarah Samudra Pasai oleh Sukarna Putra, peneliti dari CISAH, yang dilanjutkan dengan kegiatan Meuseuraya atau gotong royong membersihkan kawasan makam Sultan Malikussaleh. Aksi ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, serta para pegiat budaya dari ketiga institusi.
“Ini adalah langkah konkret kolaborasi akademik dalam upaya pelestarian sejarah lokal yang memiliki nilai internasional,” ujar Nazaruddin, Ketua Pelaksana sekaligus dosen FISIP Universitas Malikussaleh. Ia menekankan pentingnya mengenalkan situs bersejarah seperti Samudra Pasai kepada generasi muda sebagai pusat awal peradaban Islam di Nusantara.
Dalam kegiatan ini, CISAH turut memfasilitasi proses konservasi nisan kuno, dokumentasi digital artefak, hingga pembacaan inskripsi nisan menggunakan pendekatan ilmiah dan riset sejarah.
Sukarna Putra dari CISAH menambahkan bahwa pelibatan akademisi dalam kegiatan ini membawa pendekatan sistematis dan berbasis penelitian yang sangat penting dalam pelestarian budaya. “Pendekatan akademik menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan warisan sejarah,” ujarnya.
Setelah kegiatan utama di situs sejarah, peserta dari UNIRAZAK melanjutkan program Keluarga Angkat dengan tinggal bersama masyarakat di Gampong Pulo, Kecamatan Syamtalira Aron. Program ini menjadi bagian dari pertukaran budaya dan pembelajaran sosial secara langsung antara peserta dan masyarakat lokal.
Selain itu, tim kolaborasi juga mengunjungi Gampong Pande di Kecamatan Tanah Pasir, yang dikenal sebagai sentra pengrajin besi tradisional. Di sana, peserta menyaksikan langsung proses pembuatan alat tradisional oleh pandai besi lokal yang masih mempertahankan teknik turun-temurun—sebuah bentuk warisan budaya tak benda yang bernilai tinggi.
Kegiatan yang melibatkan 35 peserta dari UNIRAZAK, UNIMAL, dan CISAH ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pelestarian sejarah dan pemberdayaan masyarakat. Rangkaian pengabdian ini mencerminkan penerapan ilmu Administrasi Publik dan Komunikasi, terutama dalam tata kelola kolaboratif (collaborative governance), komunikasi antarbudaya, dan advokasi pelestarian berbasis komunitas.
Dengan dukungan dan kolaborasi ini, situs sejarah Samudra Pasai dan komunitas pengrajin Pande besi diharapkan terus menjadi sumber inspirasi, pendidikan sejarah, serta tujuan wisata budaya berkelanjutan di masa mendatang.[AH]