Aneh, Dinas Perikanan Ngaku Tidak Dapat Laporan Hasil Panen Vaname di Aceh Timur -->

Iklan Semua Halaman

Aneh, Dinas Perikanan Ngaku Tidak Dapat Laporan Hasil Panen Vaname di Aceh Timur

Redaksi
Sabtu, 14 Agustus 2021

Aceh Timur - Kabid Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Timur, Muhammad Fitriadi, mengaku pihaknya tidak mendapatkan laporan hasil panen dari kelompok petani tambak cluster budidaya udang vaname di Desa Matang Rayeuk, Kecamatan Idi Timu, Kabupaten Aceh Timur, yang berasal dari dana hibah kementerian KKP, yang dibangun dengan anggaran berkisar Rp.7,5 miliar tersebut.

" Hasil panen tidak dilaporkan ke kami, harusnya kelompok melaporkannya meskipun sifatnya sekedar tembusan," kata Fitriadi beberapa waktu lalu.

Menurut informasi yang diperoleh media ini, cluster vaname tersebut saat ini  akan bersiap untuk panen tahap ketiga, namun program nasional sebagai upaya peningkatan ekonomi petambak itu terkesan sangat tertutup dan minim informasi.

" Kami enggak tahu bagaimana perkembangannya, karena pihak dinas di Aceh Timur kan cuma sebagai penyedia lahan, jadi yang tahu banyak ya pihak UPTD Ujong Bate di Banda Aceh dan mereka yang di lokasi," ungkap Fitriadi.

Dia juga merasa heran, sebab tak hanya pihak media, namun dirinya juga kesulitan menghubungi ketua kelompok tersebut dalam beberapa hari belakangan ini.

" Kemarin itu ada kunjungan Pak Abdullah Puteh, beliau mau lihat tambak itu, saya hubungi ketua kelompok berkali - kali juga Hpnya tidak diangkat, mungkin sedang berhalangan, tapi di sana ada penjaganya," sebut Fitriadi lagi.

Fitriadi juga mengungkapkan pihaknya pun tidak banyak mengetahui tentang aktifitas pembangunan cluster tambak tersebut di titik lainnya di Aceh Timur.

" Yang lain kami tidak tahu, pak PLH kadis itu yang tahu, beliau kan staf bupati, Pak Darmawan, coba tanya beliau saja," tutupnya.

Sebelumnya, mantan Geuchik Matang Rayeuk, Yusra, sempat mendengar bahwa panen pertama menghasilkan sebesar Rp.900 juta rupiah, lalu dana tersebut digunakan kembali untuk operasional dan kebutuhan tambak lainnya, namun sepengetahuannya sempat terjadi kegagalan akibat sebagian benih yang mati.

" Ya kalau enggak salah saya hampir berkisar Rp.900 jutaan, tapi kan pengeluarannya banyak, seperti pakan, listrik dan lainnya, jadi kemudian sudah digunakan kembali untuk operasional dan pembibitan serta kebutuhan tambak lainnya, seperti bayar listrik dan sebagainya, ya sempat ada yang gagal juga terkait pembibitan," ungkap Yusra.

Hingga berita ini ditayangkan, ketua kelompok petani tambak tersebut tidak mengangkat telepon selulernya saat hendak dikonfirmasi oleh tim investigasi media ini. (tim)