CISAH Peringatan Haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih Ke 749 Tahun -->

Iklan Semua Halaman

CISAH Peringatan Haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih Ke 749 Tahun

Redaksi
Selasa, 26 Maret 2024


LHOKSUKON, Aceh Kontras | Center for Information Of Samudra Pasai Heritage (CISAH) menggelar peringatan haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang ke 749 tahun, acara dilaksanakan dikomplek makam sang sultan, tepatnya di Gampong Beuringen kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara, Selasa (26-03-2024).


Kegiatan yang dimulai dari shalat asyar, dilanjutkan dengan pemaparan sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang disampaikan oleh ustad Sukarna Putra, acara juga dihadiri oleh para pemerhati sejarah, budayawan, staf bidang kebudayaan Aceh Utara, komunitas trader kripto Aceh, tokoh masyarakat, insan pers, dan pihak keamanan kecamatan Samudera.


Dalam pemaparannya Sukarna Putra yang juga peneliti dari LSM Cisah ini menyampaikan Sultan Malik Ash-Shalih merupakan pemimpin pertama dalam perpolitikan Islam tertinggi untuk kawasan Asia Tenggara yang bergelar sultan. Sultan Al-Malik Ash-Shalih memiliki beberapa keistimewaan dalam masa kepemimpinannya sebagai founding father, peletak fondasi dasar dalam memangku dakwah untuk kawasan Asia Tenggara yang luas, dengan kepribadiaannya tersebut dan terus diikuti penerusnya.


Sukarna Putra memaparkan beberapa sifat yang melekat pada sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih yang terekam pada batu nisan bagian selatan pusaranya. Yakni, At-Taqiy (yang bertakwa), An-Nashih (pemberi nasihat), Al-Hasib (yang berasal dari keturunan terhormat), An-Nasib (yang terkenal), Al-‘Abid (ahli ibadah), dan Al-Fatih (sang pembebas).


Menurut Sukarna Putra, pembebasan yang dilakukan Al-Malik Ash-Shalih, dan realita dari perjuangan beliau berabad silam dapat disaksikan sekarang adalah berdirinya negara-negara baru di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya Indonesia hari ini sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dan mazhab Syafi’i merupakan fikih yang menjadi acuan hukumnya.


Acara kemudian dilanjutkan dengan samadiyah dan do'a yang dibacakan oleh Abi Muhib Beuringen, kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada belasan anak yatim disekitar makam, dan ditutup dengan berbuka puasa bersama.[sam]