Buka Kelas BJI, Ketua AJI Lhokseumawe Tekankan Pentingnya Jurnalis Taat Kode Etik Jurnalistik untuk Jaga Kepercayaan Publik -->

Iklan Semua Halaman

Buka Kelas BJI, Ketua AJI Lhokseumawe Tekankan Pentingnya Jurnalis Taat Kode Etik Jurnalistik untuk Jaga Kepercayaan Publik

Redaksi
Sabtu, 23 September 2023


LHOKSEUMAWE, Aceh Kontras | Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe Irmansyah membuka Kelas Basri Daham Journalism Institute (BJI) Angkatan VI di ruang kuliah kampus Pascasarjana Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Sabtu (23/09/2023).


BJI merupakan sekolah jurnalisme didirikan AJI Lhokseumawe pada tahun 2012. Untuk Angkatan VI, sebanyak 15 peserta mendaftar. Sebagian besar peserta merupakan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Lhokseumawe, dan sisanya baru saja meraih gelar sarjana. Sejumlah peserta Kelas BJI kali ini sudah bekerja sebagai jurnalis dalam satu-dua tahun terakhir.  


Irmansyah berharap peserta Kelas BJI tersebut dapat menjadi teman baru AJI Lhokseumawe untuk bersatu dan bergerak bersama dengan elemen sipil lainnya di Aceh dalam upaya terus mendorong kemerdekaan pers dan kebebasan berekspresi.


Pasal 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers menegaskan “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.” Sesuai Pasal 6 UU Pers, lima poin peranan pers adalah memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan; mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar; melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; memperjuangkan keadilan dan kebenaran.


“Kita berharap peserta baru BJI mengikuti kelas jurnalistik ini secara maksimal, karena teman-teman diharapkan nantinya menjadi jurnalis profesional. AJI Lhokseumawe menekankan pentingnya bagi jurnalis menaati Kode Etik Jurnalistik sebagai jalan untuk menjaga kepercayaan khalayak atau publik. Apalagi saat ini publik semakin cerdas dan kritis menyikapi pemberitaan,” ujar Irman.


Irmansyah menyebut di Kelas BJI tidak hanya diajarkan materi tentang menulis _straight news_ (berita langsung), tapi juga _feature_, _in-depth reporting_ (laporan mendalam), jurnalisme investigasi, dan jurnalisme lingkungan.


“Ketika teman-teman ini nanti menjadi jurnalis, termasuk yang sudah bekerja sebagai jurnalis, jangan membiasakan diri hanya menunggu siaran pers. Saya berharap jangan pula sekadar meliput untuk menulis _straight news_, dan tidak hanya mengutip pernyataan pejabat daerah dan aparat penegak hukum saja, misalnya. Namun, jurnalis harus rajin verifikasi, termasuk reportase, dan terus meningkatkan keterampilan bagaimana menggali data dan dokumen-dokumen penting menyangkut kepentingan umum,” tutur Irman.            


Menurut Irman, jurnalis di era digital ini dituntut multitasking, sehingga harus lebih kreatif dalam menghasil karya jurnalistik yang menarik, berkualitas, dan mencerdaskan publik. Termasuk bagaimana mendistribusikan produk jurnalistik tersebut melalui platform media sosial.


Direktur Eksekutif BJI Zaki Mubarak mengatakan peserta Kelas BJI kali ini akan dilatih sejumlah jurnalis profesional, termasuk kreator konten ( _content creator_ ). Selain itu, Sekretaris AJI Lhokseumawe Jafaruddin akan berbagi pengetahuan tentang keamanan digital. BJI juga akan mengundang para mantan Ketua AJI Lhokseumawe untuk mengisi kelas jurnalistik ini. Di antaranya, Zainal Bakri, Ayi Jufridar, Mohd. Nasier H., Saiful Bahri, Masriadi, dan Agustiar. Alumni BJI Angkatan I Zikri Maulana yang menjadi jurnalis video dan foto—telah meraih sederet prestasi pada lomba tingkat nasional beberapa tahun terakhir—juga akan mengisi kelas jurnalistik tersebut.


“Kelas BJI selama empat bulan belajar di ruangan setiap Sabtu, termasuk praktik dan evaluasi, dilanjutkan magang dua bulan di media-media arus utama,” ujar putra (almarhum) Basri Daham, salah satu pendiri AJI Lhokseumawe sekaligus ketua pertama itu.   


Zaki menyebut BJI telah melahirkan banyak jurnalis profesional yang bekerja di media lokal dan nasional. “Bahkan ada alumni BJI yang menjadi koresponden media internasional,” ucap Zaki yang mengelola BJI bersama T. Fakhrizal dan Sarina.


Usai pembukaan dan perkenalan antara pengurus BJI dengan peserta kelas jurnalistik itu, salah satu pendiri AJI Lhokseumawe Ayi Jufridar memaparkan materi “Memperkuat Nilai Ke-AJI-an: Deklarasi Sinargalih, dan Berdirinya AJI”.


Ayi juga banyak bercerita pengalamannya menjadi jurnalis sejak Aceh masih dalam konflik bersenjata. Dia menyemangati peserta Kelas BJI Angkatan VI dan menjawab setiap pertanyaan saat sesi diskusi berlangsung cukup intens.   


“Saya setuju dengan Irman yang tadi menekankan pentingnya jurnalis menaati Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Jurnalis harus disiplin verifikasi dalam menguji setiap informasi. Taat kepada KEJ, itulah yang membedakan jurnalis dengan penulis di media sosial,” ujar mantan Ketua AJI Lhokseumawe itu.


Ayi yang juga pengajar ilmu jurnalistik di Universitas Malikussaleh ikut berbagi materi “Sinergi Konten Media Massa dengan Media Sosial”, “Lingkaran Digitalisasi dan Ekonomi Media”, dan “Peran Ekonomi Media dalam Industri Media Massa”.[]